Kebutuhan air bersih di kota-kota
besar semakin meningkat tajam, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan
munculnya beragam industri. Sedangkan Sumber Daya Alam khususnya air sungai di
Kota Bandung sangat melimpah. Kondisi ini sangat menguntungkan karena dapat
dimanfaatkan sebagai air baku dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Namun air
sungai belum dapat dimanfaatkan
secara langsung karena kandungan-kandungan dalam air sungai tersebut masih
diatas baku mutu yang diharapkan. Untuk itulah dibutuhkan proses pengolahan
yang efektif sesuai dengan kualitas air yang diharapkan.
Secara geografis, struktur dan kandungan
organik/anorganik didalam sungai setiap kota berbeda-beda, hal ini menyebabkan
kualitas air permukaan atau air sungai sangat bervariasi. Kualitas air sungai
juga dipengaruhi oleh sisa aktifitas manusia baik itu berupa air limbah
domestik maupun industri termasuk sisa aktifitas
perkebunan dan peternakan. Berkaitan dengan meningkatnya
populasi dan aktifitas manusia
maka semakin besar pula resiko terjadinya pencemaran air sungai sehingga akan
mengalami penurunan kualitas yang disertai dengan kuantitas yang menyusut. Padahal kebutuhan air bersih di masyarakat perkotaan semakin
meningkat.
Di Kota Bandung terdapat Sungai Cikapundung sebagai sumber air baku yang dapat diolah menjadi air bersih. Tujuan
pengolahan agar
kandungan-kandungan polutan yang terdapat didalamnya dapat diturunkan sehingga layak
digunakan. Beberapa jenis polutan yang sering ditemukan pada air sungai adalah logam-logam berat terlarut ion Besi. Selain itu terdapat juga limbah detergen dan amoniak beserta turunannya.
Polutan-polutan tersebut dapat mempengaruhi derajat keasaman dan Total Dissolved Solids (TDS).
Acuan yang digunakan dalam penentuan air bersih
adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor/416/MENKES/Per/IX/1990, lampiran II
tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Dalam
peraturan tersebut tercantum batasan minimal persyaratan air bersih. Untuk itu kita harus terus
berinovasi mencari terobosan teknologi
baru, yaitu metoda pengolahan air bersih yang efektif dan efisien.
Salah satu solusi pengolahan air limbah adalah dengan menggunakan metoda elektrokoagulasi. Elektrokoagulasi adalah metoda pengolahan limbah cair menggunakan media listrik dengan memanfaatkan proses koagulasi atau penggumpalan.
Sistem kerja nya adalah dengan memasukkan limbah kedalam sebuah bak reaktor, kemudian di dalam bak reaktor limbah akan di aliri arus listrik melalui plat aluminium untuk memulai proses elektrokoagulasi. Setelah itu hasil olahan limbah akan di alilkan menuju bak lamella, yaitu bak yang berfungsi untuk memisahkan limbah dan residu.
Berdasarkan hasil penelitian, persentase penurunan kadar ion besi mencapai 99.98%, kadar awal 4.324 ppm menjadi <0.001 ppm, Amoniak 83,56%, Nitrit 98,33%, Nitrat 99,87%, Detergen 99,86 % dengan pH akhir 7 serta TDS akhir 25ppm.
Sistem elektrokoagulasi ini pun dapat di aplikasikan dalam skala industri dengan kapasitas 26.000 M3 / bulan yang dapat mencakup ke 2.600 kepala keluarga. kapasitas reaktor yan dibutuhkan sebesar 4 X 14,05M3 dengan masing-masing ukuran 4,8 X 1,2 X 2,44 Meter, 2 unit Rectifier dengan kuat Daya sebesar 2 x (11.45 KVA/3ph/380V), ukuran Bak Equalisasi dan Bak Lamella masing-masing sebesar 14m3. Bak Effluent 2 x 14m3 . Sedangkan biaya pengolahan sebesar Rp.915/M3. Ukuran lahan yang diperlukan untuk instalasi pengolahan air ini adalah 11x16M2.
Keuntungan metoda eketrokoagulasi dibandingkan metoda pengolahan limbah cair lain adalah biaya nya yang ekonomis dan tanpa menghasilkan zat buangan yang mencemari lingkungan, sehingga metoda ini dapat dikatakan metoda yang ramah lingkungan.
Marilah kita menjaga lingkungan ini agar anak keturunan kita dapat menikmati alam yang indah ini.
Desain prototype alat elektrokoagulasi
Sistem kerja nya adalah dengan memasukkan limbah kedalam sebuah bak reaktor, kemudian di dalam bak reaktor limbah akan di aliri arus listrik melalui plat aluminium untuk memulai proses elektrokoagulasi. Setelah itu hasil olahan limbah akan di alilkan menuju bak lamella, yaitu bak yang berfungsi untuk memisahkan limbah dan residu.
Berdasarkan hasil penelitian, persentase penurunan kadar ion besi mencapai 99.98%, kadar awal 4.324 ppm menjadi <0.001 ppm, Amoniak 83,56%, Nitrit 98,33%, Nitrat 99,87%, Detergen 99,86 % dengan pH akhir 7 serta TDS akhir 25ppm.
Desain WTP Elektrokoagulasi kapasitas 26.000 M3 / bulan
Sistem elektrokoagulasi ini pun dapat di aplikasikan dalam skala industri dengan kapasitas 26.000 M3 / bulan yang dapat mencakup ke 2.600 kepala keluarga. kapasitas reaktor yan dibutuhkan sebesar 4 X 14,05M3 dengan masing-masing ukuran 4,8 X 1,2 X 2,44 Meter, 2 unit Rectifier dengan kuat Daya sebesar 2 x (11.45 KVA/3ph/380V), ukuran Bak Equalisasi dan Bak Lamella masing-masing sebesar 14m3. Bak Effluent 2 x 14m3 . Sedangkan biaya pengolahan sebesar Rp.915/M3. Ukuran lahan yang diperlukan untuk instalasi pengolahan air ini adalah 11x16M2.
Keuntungan metoda eketrokoagulasi dibandingkan metoda pengolahan limbah cair lain adalah biaya nya yang ekonomis dan tanpa menghasilkan zat buangan yang mencemari lingkungan, sehingga metoda ini dapat dikatakan metoda yang ramah lingkungan.
Marilah kita menjaga lingkungan ini agar anak keturunan kita dapat menikmati alam yang indah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar